Selasa, Maret 23

Cegah Retak Dari Awal

Ungkapan “lebih baik mencegah daripada mengobati” berlaku juga untuk kasus retak. Walaupun rumah “hanya” mengalami retak yang masuk kategori tidak berbahaya, tetap saja perbaikannya bikin repot. Lebih baik, lakukan hal-hal berikut agar keretakan tidak perlu terjadi.

1. Saat membangun rumah, jangan sampai ada korupsi ukuran dan bahan. Apalagi saat pengerjaan struktur. Artinya, bila memang ukuran pondasi batu kali harus selebar 60 cm, jangan dijadikan 50 cm hanya karena ingin mengirit biaya. Biaya dapat diirit ditempat lain. Seperti pemilihan finishing yang tidak terlalu mewah, misalnya.
Jika ukuran dan bahan dikurang-kurangi akibatnya konstruksi jadi tidak stabil dan keretakan di dinding-baik struktural maupun non struktural-akan sering terjadi.


2. Bentangan dinding yang terlalu lebar juga menjadi biang keladi keretakan. Pasangan bata saja tidak cukup kuat untuk menahan beban horisontal. Karena itu, setiap jarak 3 m pada dinding harus dipasang kolom praktis yang berfungsi menambah kekakuan dinding.

3. Komposisi semen dan pasir sangat menentukan kualitas plester dan acian dinding. Agar tidak terjadi keretakan, penggunaan semen instant yang langsung dicampur air akan sangat membantu. Sebabnya, campuran semen dan pasir lebih konsisten karena dibuat dipabrik. Bahan bakunya pun sudah standar untuk setiap kemasannya. Selain itu, semen instant juga memliki daya rekat yang lebih tinggi, berkat bahan khusus (additive) yang ditambahkan pada campuran.

4. Saat pemasangan bata untuk dinding, kesalahan yang sering dilakukan tukang adalah buru-buru memplester segera setelah bata dipasang. Beri waktu agar kandungan air pada spesi (adukan semen diantara batu bata) sudah hilang, sekaligus agar pasangan bata sudah memuai dan menyusut sampai ke ukuran yang stabil. Idealnya, 2 sampai 3 minggu, barulah dinding boleh diplester dan di aci.


(Sumber: Tabloid Rumah, Edisi 112-V, 29 Mei 2007)

(Perumahan Taman Palagan Asri, Hunian Nyaman di Jogja Utara)

Artikel terkait



0 komentar: