Jumat, Oktober 24

BAHAN BANGUNAN ALTERNATIF

Lebih Mahal Namun Hemat

Karena serba presisi, praktis, dan tahan lama, pemakaian bahan bangunan alternatif diklaim lebih efisien ketimbang material konvensional.
Material alami seperti kayu makin sulit didapat. Kalaupun ada, harganya mahal dan mutunya makin merosot. "Sebentar saja sudah lapuk atau dimakan rayap," kata Inggrid Lena Wang, Sales Manager Alam Sutera, sebuah perumahan menengah atas di Serpong, Tangerang. Selain itu biaya tukang juga makin mahal.
Karena itu bahan bangunan alternatif yang serba presisi, praktis, ringan, dan tahan lama, makin mendapat tempat di kalangan developer. Tak perlu tukang banyak, waktu pengerjaan lebih ringkas, perawatan mudah, biaya konstruksi lebih murah.
Di antara sekian jenis material alternatif, yang paling berkembang memang panel dari baja ringan, alumunium, PVC dan UPVC (unplasticized polyvinil chloride) sebagai pengganti kayu. Sudah banyak perumahan menengah atas yang menggunakannya. Merek yang beredar pun beragam: Smartruss, Smartframe, Maestro, Broco, Sieben, J-Steel, dan Iain-Iain.
Panel bisa dipakai untuk aneka kebutuhan: rangka dan penutup atap, penutup dinding, partisi, kusen pintu dan jendela, sampai untuk pintu dan jendela itu sendiri. Produk bukan hanya praktis dan ringan tapi juga tahan api, antirayap, dan kedap suara.
Material alternatif lain adalah semen instan. Merek yang leading antara lain Mortar Utama dan Prime Mortar. Pemakaian sesuai peruntukan dan tinggal diberi air (tak perlu dicampur pasir lagi) sehingga lebih irit. Daya rekatnya kuat dan cepat kering.
Semen instan sangat cocok dipasangkan dengan beton aerasi seperti Hebel yang ringan dan presisi. Kombinasi keduanya diklaim menghemat biaya konstruksi, pemakaian semen dan tukang, dan waktu pengerjaan hingga 50 persen dibanding bila menggunakan semen biasa dan batu bata atau betake. Karena itu meskipun harga material alternatif lebih mahal dibanding bahan bangunan konvensional, dengan kelebihan serba praktis, tahan lama, dan mudah dirawat, secara keseluruhan biaya pemakaiannya lebih irit. Apalagi, kalau nanti pengguna makin massal, harga bisa makin murah karena semuanya produk pabrikan.

(Sumber: www.estate.co.id, 02 Mei 2006)

(Perumahan Taman Palagan Asri, Hunian Nyaman di Jogja Utara)

(Perumahan di Jogja)

Aquascape

Melengkapi akuarium dengan tanaman ada seninya. Bahkan mendesain aquascape, begitu istilahnya, seperti layaknya membuat desain untuk taman.
Seni membuat taman di dalam air (aquascape) belakangan ini menjadi populer dan merupakan hobi baru bagi kalangan tertentu. Melihat tanaman air dalam suasana yang khas seperti sebuah taman rendam memiliki daya tarik tersendiri. Jernihnya air dan pantulan cahaya lampu seakan-akan merefleksikan beragam jenis dedaunan yang bergoyang lembut seiring dengan gerakan halus aliran air didalam akuarium. Berbeda dengan akuarium pada umumnya, aquascape lebih mengutamakan pada perawatan tamannya bukan kepada ikannya. Hal ini disebabkan karena tidak semua jenis ikan cocok disandingkan dengan tanaman yang jumlahnya mendominasi isi akuarium. Ada jenis-jenis ikan yang menjadi terganggu pertumbuhannya karena tanaman di sekitarnya, dan ada pula jenis ikan yang suka merusakkan tanaman tersebut seperti jenis ikan mas koki.
Pada prinsipnya kehadiran tanaman menjadi bagian dari keseimbangan ekosistem di dalam air. Secara sederhana hubungan keduanya dijelaskan sebagai berikut. Ikan membutuhkan oksigen untuk pernafasannya dan mengeluarkan karbon dioksida sebagai buangannya, sebaliknya tanaman menyerap karbon dioksida tersebut sebagai bahan baku selama proses fotosintesis untuk diubah menjadi makanan untuk membangun tubuhnya. Hubungan yang saling menguntungkan tersebut berjalan secara natural di alam. Keuntungan lainnya, tanaman berfungsi sebagai biofilter yang menyerap kotoran dan urin ikan yang lambat laun bisa berakibat racun untuk pertumbuhan ikan itu sendiri.
Tanaman air tersebut ditanam seperti layaknya tanaman darat, yaitu di dalam media tumbuh berupa pasir kuarsa yang dicampur dengan pupuk khusus yang diproduksi khusus untuk aquascape. Supaya terlihat bersih dan tanaman tertahan didalam media tanam, permukaan media dilapis lagi dengan pasir yang masih bersih (tanpa campuran pupuk) dan permukaan tanah dibuat berkontur supaya tampak berdimensi. Susunlah tanaman di dalam komposisi seperti layaknya komposisi di dalam taman. Ukuran, tekstur, karakter tumbuh dan warna disusun bergradasi tinggi rendahnya sehingga terlihat berdimensi dari setiap arah. Komposisi tanaman tersebut juga dapat dikombinasikan dengan pelengkap materi keras dari batu dan kayu yang telah memfosil sebagai ornamen.
Pemakaian batu karang untuk akuarium air tawar ini tidak dianjurkan, karena kandungan kapur yang tinggi dari batu karang tersebut dapat mempengaruhi kualitas air yang berakibat negatif untuk pertumbuhan tanaman.
Lingkungan tumbuh dalam air diupayakan mendekati kebutuhan tanaman. Kebutuhan cahaya misalnya diperoleh melalui sorotan lampu yang kualitasnya menyerupai cahaya natural. Untuk aquascape sebaiknya digunakan lampu fluorescent yang berbentuk tabung yang memiliki beberapa keunggulan seperti hemat energi dan cahaya yang dihasilkan merata tetapi tidak menimbulkan panas. Kelemahannya adalah intensitas terbatas sehingga akan efektif bila ditempatkan pada ketinggian maksimum 60 cm dari permukaan air akuarium. Sebagai contoh adalah akuarium ukuran 70 x 70 x 60 cm (tinggi) menggunakan pencahayaan berkekuatan 7000 Kelvin dengan kapasitas 150 watt yang dinyalakan selama 8 jam sehari.
Suhu di dalam air dijaga agar tidak melebihi 26o C karena lebih dari itu dapat menyebabkan tanaman tidak sehat pertumbuhannya bahkan lambat laun menjadi mati. Untuk menjaga temperatur air perlu digunakan alat tambahan yaitu chiller controlled yang berfungsi sama dengan Air Conditioned (AC) dengan sistem portabel yang dihubungkan dengan air melalui pipa instalasi. Kadar karbondioksida dalam air dijaga dalam kondisi seimbang supaya proses kehidupan dalam air berjalan normal. Untuk mengontrol kadarnya digunakan indikator CO2 yang diletakkan di dalam air. Perubahan warna pada indikator menunjukkan kandungan CO2 dalam air yang mungkin kadarnya cukup, lebih atau kurang.

(Sumber: www.griya-asri.com, 21 February 2007)

(Perumahan Taman Palagan Asri, Hunian Nyaman di Jogja Utara)

(Perumahan di Jogja)


Aquascape

Melengkapi akuarium dengan tanaman ada seninya. Bahkan mendesain aquascape, begitu istilahnya, seperti layaknya membuat desain untuk taman.
Seni membuat taman di dalam air (aquascape) belakangan ini menjadi populer dan merupakan hobi baru bagi kalangan tertentu. Melihat tanaman air dalam suasana yang khas seperti sebuah taman rendam memiliki daya tarik tersendiri. Jernihnya air dan pantulan cahaya lampu seakan-akan merefleksikan beragam jenis dedaunan yang bergoyang lembut seiring dengan gerakan halus aliran air didalam akuarium. Berbeda dengan akuarium pada umumnya, aquascape lebih mengutamakan pada perawatan tamannya bukan kepada ikannya. Hal ini disebabkan karena tidak semua jenis ikan cocok disandingkan dengan tanaman yang jumlahnya mendominasi isi akuarium. Ada jenis-jenis ikan yang menjadi terganggu pertumbuhannya karena tanaman di sekitarnya, dan ada pula jenis ikan yang suka merusakkan tanaman tersebut seperti jenis ikan mas koki.
Pada prinsipnya kehadiran tanaman menjadi bagian dari keseimbangan ekosistem di dalam air. Secara sederhana hubungan keduanya dijelaskan sebagai berikut. Ikan membutuhkan oksigen untuk pernafasannya dan mengeluarkan karbon dioksida sebagai buangannya, sebaliknya tanaman menyerap karbon dioksida tersebut sebagai bahan baku selama proses fotosintesis untuk diubah menjadi makanan untuk membangun tubuhnya. Hubungan yang saling menguntungkan tersebut berjalan secara natural di alam. Keuntungan lainnya, tanaman berfungsi sebagai biofilter yang menyerap kotoran dan urin ikan yang lambat laun bisa berakibat racun untuk pertumbuhan ikan itu sendiri.
Tanaman air tersebut ditanam seperti layaknya tanaman darat, yaitu di dalam media tumbuh berupa pasir kuarsa yang dicampur dengan pupuk khusus yang diproduksi khusus untuk aquascape. Supaya terlihat bersih dan tanaman tertahan didalam media tanam, permukaan media dilapis lagi dengan pasir yang masih bersih (tanpa campuran pupuk) dan permukaan tanah dibuat berkontur supaya tampak berdimensi. Susunlah tanaman di dalam komposisi seperti layaknya komposisi di dalam taman. Ukuran, tekstur, karakter tumbuh dan warna disusun bergradasi tinggi rendahnya sehingga terlihat berdimensi dari setiap arah. Komposisi tanaman tersebut juga dapat dikombinasikan dengan pelengkap materi keras dari batu dan kayu yang telah memfosil sebagai ornamen.
Pemakaian batu karang untuk akuarium air tawar ini tidak dianjurkan, karena kandungan kapur yang tinggi dari batu karang tersebut dapat mempengaruhi kualitas air yang berakibat negatif untuk pertumbuhan tanaman.
Lingkungan tumbuh dalam air diupayakan mendekati kebutuhan tanaman. Kebutuhan cahaya misalnya diperoleh melalui sorotan lampu yang kualitasnya menyerupai cahaya natural. Untuk aquascape sebaiknya digunakan lampu fluorescent yang berbentuk tabung yang memiliki beberapa keunggulan seperti hemat energi dan cahaya yang dihasilkan merata tetapi tidak menimbulkan panas. Kelemahannya adalah intensitas terbatas sehingga akan efektif bila ditempatkan pada ketinggian maksimum 60 cm dari permukaan air akuarium. Sebagai contoh adalah akuarium ukuran 70 x 70 x 60 cm (tinggi) menggunakan pencahayaan berkekuatan 7000 Kelvin dengan kapasitas 150 watt yang dinyalakan selama 8 jam sehari.
Suhu di dalam air dijaga agar tidak melebihi 26o C karena lebih dari itu dapat menyebabkan tanaman tidak sehat pertumbuhannya bahkan lambat laun menjadi mati. Untuk menjaga temperatur air perlu digunakan alat tambahan yaitu chiller controlled yang berfungsi sama dengan Air Conditioned (AC) dengan sistem portabel yang dihubungkan dengan air melalui pipa instalasi. Kadar karbondioksida dalam air dijaga dalam kondisi seimbang supaya proses kehidupan dalam air berjalan normal. Untuk mengontrol kadarnya digunakan indikator CO2 yang diletakkan di dalam air. Perubahan warna pada indikator menunjukkan kandungan CO2 dalam air yang mungkin kadarnya cukup, lebih atau kurang.

(Sumber: www.griya-asri.com, 21 February 2007)

(Perumahan Taman Palagan Asri, Hunian Nyaman di Jogja Utara)

(Perumahan di Jogja)


ALUMUNIUM DAN BAJA RINGAN

Kokoh, Ringan dan Efisien

Model, desain, dan pilihan warna beragam sehingga bisa dipadukan dengan aneka gaya bangunan.
Alumunium dan baja ringan adalah material favorit pengganti kayu, karena presisi, ringan, praktis, tahan lama (antikarat, antirayap, dan tahan api), tidak mudah penyok, dan tidak memuai atau susut. Perawatan pun mudah. Tinggal disemprot air deterjen atau larutan pembersih lain.
Alumunium dipakai sebagai kusen pintu dan jendela, daun pintu, dan folding door (pintu lipat). Ada yang sudah jadi, ada pula yang dibuat sesuai pesanan (customized). Desain pintu bisa single swing (satu daun) atau double swing, dengan bentuk daun panel utuh atau dilengkapi daun kaca.
Sedangkan model jendela ada yang membuka ke kanan/kiri (casement window) dan ke atas (top hung window), ada yang digeser horizontal (sliding window) atau vertikal (vertical sliding window). Salah satu merek kusen pintu dan jendela adalah Maestro dan M-Win 100 dari PT. YKK AP Indonesia. Pilihan warna silver, coklat, hijau, kuning gading, dan abu-abu.

TIDAK BERISIK
Merek lain Decoprofile, kusen dan daun pintu alumunium dengan motif kayu jati dan pinus selain warna-warna pastel. Profil sudah tersedia berupa panel-panel, sehingga pemasangan mudah dan cepat. Tinggal dirakit dengan sistem saling mengait sebelum dikunci dengan sekrup. Sebelumnya ruang diukur dulu untuk mengetahui kebutuhan panel dan biayanya.
"Ukuran harus akurat. Kalau lebih atau kurang panel nggak bisa dipakai. Beda dengan kayu, kalau lebih masih bisa diserut," kata Malindo Ray Saragih, Marketing Manager PT Trimitra, produsen Decoprofile. Daun pintu lumayan tebal (1,25 - 1,55 mm) sehingga cukup kokoh saat dibuka atau ditutup.
Berat pintu Decoprofile ukuran 90 x 220 misalnya, sekitar 30 - 40 kg atau hampir sama dengan berat pintu kayu jati (40 - 45 kg), dan dilengkapi safety rubber untuk meredam suara. "Jadi, kalau ditutup bunyinya tidak brak, tetapi jlep," jelasnya. Harga sekitar Rp2,2 juta termasuk pemasangan.

BAJA RINGAN
Sedangkan baja ringan digunakan sebagai rangka atap dan plafon serta penutup atap dan dinding. "Material ini ringan. Hanya sembilan kilo per meter persegi. Kayu kamper atau borneo bisa dua kali lipatnya," kata Martha Aswini, National Marketing Manager PT Blue-Scope Lysaght Indonesia (BLI).
Baja ringan adalah paduan baja tipis, alumunium, zinc, dan silicon alloy. BlueScope menamainya zincalum. Dari material ini produsen membuat aneka panel. Panel rangka atap BlueScope misalnya, diberi merek Smartruss.

(Sumber: www.estate.co.id, 02 Mei 2006)

(Perumahan Taman Palagan Asri, Hunian Nyaman di Jogja Utara)

(Perumahan di Jogja)

Rumah Multikulturalisme

Tampilan hunian ini memang menginspirasi. Penampilannya yang merupakan perpaduan eksotik antara bangunan tropis, furnitur dan benda seni dari beragam budaya (multikulturalisme) berani melawan arus tren minimalis modern yang sedang digemari saat ini.
Dewasa ini rumah dinilai tidak hanya menjadi tempat tinggal tetapi juga mencerminkan gaya hidup dan kepribadian pemiliknya. Inilah hal yang diyakini oleh Atmadja Tjiptobiantoro pada kediaman keluarganya. Rumah ini dibangun atas kerja sama dengan tim arsitek Bagoes S. Brotodiwirjo dari konsultan Morposa Grya Cipta. Dulu, hunian yang berlokasi di kawasan Kemang Timur, Jakarta Selatan ini merupakan rumah tua yang berdiri tahun 70-an. Bangunan utamanya didominasi oleh struktur dari kayu jati dan dirancang bergaya tropis asimetris dengan bukaan pada seluruh sisi hunian sehingga masuknya udara segar dan cahaya alami ke dalam ruang terasa optimal. Kemudian tahun 80-an, keluarga Tjiptobiantoro membeli properti ini sekaligus kaveling yang ditumbuhi kebun rambutan di belakangnya sehingga total lahan mencapai 8000 m2. Selanjutnya, hunian ini diperbaiki guna mengakomodasi kamar-kamar tidur pada lantai mezanin dan memisahkan area publik pada lantai dasar serta halamannya.

Konsep Multikulturalisme
Meskipun berlatar belakang pendidikan arsitektur dan pernah bekerja di sebuah kantor arsitek di Los Angeles Amerika Serikat, Atmadja sangat mengerti dan menjunjung tinggi akar budaya Indonesia. Pengusaha muda yang lahir di Surabaya, Jawa Timur ini menyadari benar bahwa arsitektur di Indonesia merupakan hasil proses panjang sejarah bangsa dan terpengaruh oleh budaya dari berbagai negara lain seperti India, Cina, Jepang, Arab dan Eropa. Koleganya, Bagoes yang juga arsitek alumnus American InterContinental University di Los Angeles, Amerika Serikat, memiliki falsafah yang sama dengan Atmadja. Saat kembali ke Jakarta tahun 90-an, mereka berdua ingin mewujudkan sebuah hunian yang mencerminkan multikulturalisme melalui proses revitalisasi rumah di kawasan Kemang Timur Tujuh. Dengan lokasi yang tersembunyi di antara pohon-pohon tua dan besar serta kontur lahan yang menurun ke arah belakang, rumah tua seluas 3000 m2 ini berubah secara total.
Sebagai tahap awal, Atmadja dan Bagoes ingin menegaskan perpaduan antara arsitektur vernakular dan arsitektur yang dipengaruhi budaya Asia dan Eropa. Untuk tata ruang hunian, arsitek mengadopsi konsep hunian di Cina yaitu terdiri dari gerbang masuk utama, pagar tinggi yang mengelilingi lahan dan massa bangunan yang berorientasi ke arah taman dalam / inner courtyard di bagian tengah rumah. Alur antarruang mulai dari pagar muka sampai dengan halaman belakang ditata ulang. Selanjutnya alur tersebut dibagi menjadi beberapa babak dengan menonjolkan keunikan setiap bagian hunian. Mula-mula, gerbang utamanya difungsikan sebagai garasi dan pos satpam dengan nuansa Jawa kolonial yang di beri nama Lalijiwo. Panel jati berukir di atas pintu gerbang ini merupakan hasil bongkaran sebuah hotel tua di Batavia pada zaman Belanda yang menjadi acuan bagi setiap ukiran dalam bangunan utama.
Tahap berikutnya adalah pengolahan bangunan utama dan sayap tambahan pada bagian selatan yang kini berfungsi sebagai kantor konsultan. Namun, sosok bangunan tropis asimetris dengan focal point berupa konstruksi mezanin dan plafon kayu serta beranda lebar di setiap sisi rumah tetap dipertahankan. Taman dalamnya ditumbuhi oleh pohon peneduh seperti kecapi dan rambutan dan tanaman perdu berupa pandan. Saat melangkah masuk, kita akan menemui ruangan luas yang terdiri dari area foyer, area duduk dan tangga. Ruang ini memiliki ketinggian plafon yang berbeda dengan langit-langit area duduk dan tangga yang tingginya sekitar 5 m sehingga dapat dimanfaatkan menjadi mezanin untuk dua buah kamar tidur di lantai atas. Ciri khas ruangan ini adalah berupa konstruksi mezanin dan plafon kayu jati ekspos, penutup lantai berupa ubin terakota tua, deretan pintu berkisi-kisi dan koleksi benda seni khas Asia sehingga ruangan ini dinamakan ruang Ganesha.
Beranjak ke arah belakang, kita akan menemui ruang duduk bergaya minimalis modern dengan bukaan luas menghadap ke arah taman dan gazebo beratap joglo di halaman samping. Ruangan yang lantai, dinding dan plafonnya berwarna putih polos ini memang dimaksudkan untuk memberi “jeda” sekaligus kejutan / surprise setelah kita “lelah” memperhatikan detail dan dekorasi berat pada ruang-ruang sebelumnya. Selain furnitur berupa buit in sofa dan sepasang kursi tahun 50-an, ruangan ini juga dilengkapi dengan bunyi gemercik air pada kolam hias dan patung Budha yang menebarkan aura ketenangan sehingga ruang ini dinamakan ruang Avelokitesvara. Di ruangan berikutnya, tampak sebuah ruang jamuan resmi berukuran besar dan memiliki bukaan di semua sisi. Ruangan yang menghadap ke arah pendopo agung, ini juga dikelilingi oleh kolam, jalan setapak dan taman tropis. Ruangan ini berhasil menjadi pusat perhatian dan “klimaks” dari seluruh alur kegiatan dalam hunian.
Ruangan makan formal ini dinamakan ruang Mahameru karena dirancang bergaya Jawa kolonial dengan deretan pilaster pada dinding, plafon setinggi 7 m, pintu setinggi 3 m, penutup lantai dari batu pualam poles dan furnitur bergaya Eropa klasik (Italian baroque). Sepasang lampu gantung dari Burma, cermin besar dan meja konsol dari Eropa dan rangkaian lilin setinggi 2,7 m (torchere) memberikan kesan yang anggun dan magis pada ruangan tersebut. Sebagai penutup meja makan, digunakan kain batik bercorak Naga Seba khas Cirebon. Dari ruang ini, kita dapat menikmati taman dan pelataran terbuka yang tenang dan beraura mistis sehingga disebut Tirta Hening. Area yang biasa dipakai untuk pesta kebun ini menunjang konsep rumah tropis yang dikelilingi oleh lanskap hijau. Di taman samping juga terdapat gazebo berupa rumah kudus joglo berusia sekitar 200 tahun yang melengkapi keanggunan hunian ini.

Konsep Taman
Konsep lanskap pada Rumah Kemang Timur Tujuh ini lebih difokuskan sebagai penyeimbang ruang terbuka yang memberikan efek keteduhan sebagai ciri utama pada rumah di lingkungan tropis. Karena itu, konsep hijauan lebih ditata sebagai taman tropis dengan gaya yang agak “liar”. Di sini aspek keteduhan lebih diutamakan dibandingkan dengan aspek visualnya.
Beberapa innercourt dibentuk di antara massa bangunan yang fungsinya sebagai “kantung” untuk melancarkan aliran udara segar ke ruang-ruang dalam. Pohon yang tinggi dengan tanaman gantung dan semak-semak menjadi latar belakang pemandangan yang tampak dari setiap ruang-ruang dalam yang selalu memiliki bukaan ke arah luar. Diantara komposisi hijau dihadirkan pula unsur air dalam beragam desain.
Jalur pedestrian menghubungkan antarmassa bangunan yang terpisah. Jalur akses dengan bahan pengerasan permanen menegaskan alur agar pengguna tidak menjadi kehilangan arah ketika mengunjungi sudut-sudut taman yang sangat luas ini. Sebuah gazebo berupa joglo khas dari Jawa yang terletak di samping bangunan induk dimanfaatkan sebagai ruang duduk semi outdoor berukuran mungil. Penempatan joglo sengaja dibuat lebih rendah dari posisi rumah induk untuk memberikan dimensi yang lebih baik. Kolam air rendam mengelilingi bangunan joglo dengan tanaman ginger dan pandan khas tanaman tropis Indonesia. Hal ini menjadikan hunian ini semakin menegaskan kesan tropis nusantara pada taman ini.
Petak-petak berupa kolam rendam yang diisi tanaman air menjadi latar depan yang memisahkan teras bangunan induk dengan Taman Tirta Hening yang dipakai untuk acara santai seperti pesta kebun. Suasana eksotik tercipta di sekitar area ini, dengan bangunan joglo yang berada di seberang kolam renang sebagai eye catcher di antara permukaan datar air yang hening. Di pagi hari refleksi kanopi pepohonan yang terpantul dari permukaan air yang tenang menambah suasana menjadi “dramatis”.

( Sumber: www.griya-asri.com, 04 Juni 2007 )

( Perumahan Taman Palagan Asri, Hunian Nyaman di Jogja Utara )

( Perumahan di Jogja )

Kamis, Oktober 9

Meraih Keakraban dengan Alam

Bila rumah kayu yang merupakan modifikasi bangunan Austronesia ini penuh dengan bukaan. Jendela dan pintu yang dapat dibuka lebar serta dinding yang berkisi-kisi menjadi salah satu cara untuk dapat akrab dengan alam. Bangunan yang berada di kaki gunung Arjuna ini merupakan salah satu dari berbagai vila yang berada didalam kampung wisata pendidikan alam dan budaya Kaliandra di Jawa Timur. Komitmen terhadap segala sesuatu yang serba ramah lingkungan menjadi acuan dasar konsep pengembangan semua fasilitas dan kegiatan di dalam area wisata ini, termasuk konsep pengembangan bangunan vila sebagai penunjang aktivitas wisata.
Arsitektur bangunan vila merupakan modifikasi dari bangunan kayu berbentuk panggung yang merupakan ciri dari rumah-rumah di wilayah Austronesia, yaitu wilayah kepulauan yang tersebar di samudra Pasifik. Beberapa wilayah di pesisir Indonesia Timur seperti Sulawesi Utara dan Maluku banyak menggunakan tipikal bangunan seperti ini.
Modifikasi paling nyata yaitu dengan memanfaatkan bagian dasar panggung yang biasanya hanya diperuntukkan sebagai struktur kaki-kaki dan tangga kemudian diubah menjadi ruang-ruang komunal yang fungsional. Bagian ini dioptimalkan fungsinya menjadi ruang duduk keluarga yang didesain menyerupai amben supaya terasa lebih nyaman dan berfungsi serba guna untuk menunjang aktivitas layaknya sebuah vila.
Hampir keseluruhan material bangunan yang berukuran 4 x 6 m ini menggunakan material kayu. Beberapa jenis kayu digunakan untuk menampilkan karakter dan disesuaikan dengan fungsinya. Untuk struktur utama digunakan kayu merbabu sedangkan kayu meranti untuk kuda-kuda dan usuk. Jendela dan pintu menggunakan kayu kamper dan kayu jati untuk bagian yang membutuhkan daya yang lebih kuat seperti railing tangga dan balkon. Bidang dinding yang dibuat berkisi menggunakan kayu durian. Jenis kayu ini juga digunakan sebagai penutup plafon di setiap lantai. Adapun penutup atap digunakan kayu ulin yang tahan dengan perubahan cuaca dan dipotong tipis untuk menghasilkan desain yang lebih ringan dan bagus. Sebagian bidang dinding menggunakan bata ekspos terutama untuk area basah seperti kamar mandi. Semua kayu dan bata di-finishing natural karena itu hanya menggunakan bahan coating transparan sehingga masih menampilkan karakteristik alaminya.
Cahaya dan udara diupayakan dapat masuk dan mengalir ke dalam vila secara maksimal. Bukaan pintu dan jendela saling berhadapan sehingga menjamin aliran udara mengalir lancar. Dinding yang berdampingan dengan tangga sebagai area sirkulasi dibuat menyerupai kisi-kisi vertikal sehingga aliran udara di dalam rumah menjadi lebih lancar.
Lantai atas yang diperuntukkan untuk kamar tidur hampir setengah bidangnya merupakan jendela berkisi-kisi yang dapat dibuka lebar sehingga pemandangan ke arah lembah dan perbukitan di sekitarnya menjadi bagian dari konsep ruang-ruang dalamnya.
Ada dasarnya proyek ini berada di atas tapak yang spesifik, sehingga perencanaan dan perancangan bangunan melalui tahap penyesuaian dan penyeleksian terhadap komunitas-komunitas yang ada. Dengan demikian, yang menjadi perhatian utama pada waktu proses perancangan adalah kontrol bangunan terhadap iklim, temperatur, udara, matahari serta berbagai sumber-sumber alami yang sudah ada sebelumnya.
Semua bagian dirancang dan dikerjakan di Sulawesi Utara untuk selanjutnya dipasang di lapangan dengan sistem built in. Antarsambungan pada konstruksi utama dibuat berongga sehingga terdapat celah dan tidak masif. Dengan sistem mobile seperti ini diharapkan fondasi vila tahan terhadap pergeseran permukaan tanah, yang merupakan hal paling sering ditemui di lokasi yang berada di lereng gunung. Kesemuanya ini merupakan upaya untuk dapat beradaptasi terhadap lingkungan. Namun, konsep seperti ini perlu diuji dalam menghadapi bencana alam.

(Sumber: www.griya-asri.com, 10 November 2006)

(Perumahan Taman Palagan Asri, Hunian Nyaman di Jogja Utara)

(Perumahan di Jogja)